Kita bebas bermimpi menjadi apapun yang kita mau. Mau jadi orang kaya raya yang sedekah seratus juta sehari, atau mau jadi pengusaha yang bisa beli pulau, atau bahkan beli bulan. *Bulan ada yang jual ga yaa…? Mimpi bisa menjadi motivasi untuk meraih tujuan, jadi bermimpilah setinggi-tingginya selagi kesempatan masih ada. Bermimpi itu gratis kok.
Tapi…. kalau mimpi doang sama juga bohong. Harus ada tindakan untuk mewujudkan mimpi itu. Dan mimpi aku adalaaaah… Jreng… Jreng… Jreeeeng…. MENJADI PENULIS PROFESIONAL.
Kenapa aku ingin jadi penulis profesional?
1. Setiap orang bisa menulis.
Siapa yang bisa membaca, pasti bisa menulis. Warna tulisan kita yang membedakannya. Ada orang yang hanya menulis status pendek dan bikin kening berkerut membacanya, artinya dia belum mahir menulis. Untuk menjadi penulis profesional perlu belajar.
2. Ingin punya penghasilan.
Kebanyakan alasan penulis ya ini. *Nggak usah muna deeh… Jumlah honor tulisan di koran dan majalah bikin ngiler, lumayan buat nambah-nambah beli pulau. #Eh.
3. Kerja sambilan.
Jadwal menulis suka-suka, bisa tengah malam, pagi hari atau saat anak sedang tidur. Jam kerjanya fleksibel, dan bisa menjadi second job bagi yang sudah bekerja. Terutama bagi ibu-ibu yang mengasuh anak seperti aku. Anak tetap diurus, menulis jalan terus.
Menulis bagi ibu-ibu super rempong, seringnya tak punya target. Kalau mau nulis ya nulis aja, kalau kelar kirim ke media. Karena sering tak ada target, niat menulis malah melenceng jauh. Mau nulis tema A, malah ngetik curhat di blog dengan tema B. List tulisan nganggur. *Jangan ditiru.
Mulai sekarang, aku akan menulis untuk media minimal 5 tulisan dalam sebulan. Semoga terwujud, kerepotan mengurus anak tidak menjadi alasan untuk malas menulis. Curhat di blog dikurangi dulu, target menulis lebih urgent. Perkara dimuat atau tidak, tergantung rejeki.
Untuk mewujudkan impian menjadi penulis, aku mulai pedekate dengan penulis-penulis senior. Nyontek ilmu dan bergabung di grup penulisan. Ternyata tulisanku masih jauuuuuh… Banyak salahnya. 😦 Ah, tak apa, namanya juga belajar. Syukurlah beberapa teman tidak pelit membagi ilmu mereka. Aku belajar sedikit demi sedikit.
Selain itu, aku melek informasi. Di media sosial sering di share lomba menulis. Kalau temanya sesuai, aku ikuti. Tapi sering nggak menang. *Nangis di pojokan.
Tak apalah, namanya jug amasih di level bawah. Yang jelas aku punya impian untuk menjadi penulis professional. Kalau sampai tak kejadian? Kemungkinannya kecil, karena semua orang bisa menulis. Dan akupun bisa. Ditolak media, perbaiki lagi, kirim lagi sampai mereka bosan. Masih ditolak juga? Cari media lain. Sampai semua media habis menolakku. Nggak mempan juga? Ada blog tempat menerbitkan tulisanku. *Kemungkinan terburuk, semoga tidak terjadi.
makasih udah ikutan maak.. semoga terwujud 😀
Aamiiin…