Cerita Bobo No 34 Nov 2019
BU RAPI SEKALI
Oleh : Novia Erwida
Pagi ini Bu Rapi bangun dengan malas. Tak biasanya, karena Bu Rapi terlihat sedikit bosan. Setelah membuka jendela lebar-lebar, ia masuk dapur. Ia menyiapkan bekal, dan memasukkannya ke kotak bekal dua anaknya. Lalu menghidangkan sarapan untuk Pak Rajin, Riang dan Gembira.
“Selamat pagi, Bu.” sapa Riang yang sudah siap dengan seragamnya. Wajahnya segar sehabis mandi.
“Pagi, Sayang,” jawab Bu Rapi lesu.
“Ibu bikin apa?” tanya Gembira sambil mengucek matanya.
“Nasi goreng.” jawab Bu Rapi.
“Wah… Sarapannya enak,” puji Pak Rajin.
“Hm…” Bu Rapi tak semangat seperti biasanya.
“Ibu kenapa? Kalau sakit, istirahatlah.” kata Pak Rajin.
Bu Rapi menggeleng lemah. Mereka sarapan bersama, tanpa suara. Setelah melambaikan tangan pada suami dan anaknya, Bu Rapi menutup pintu.
“Uh…” dia mengeluh melihat pemandangan di depannya. Piring bekas sarapan berantakan di meja makan. Pakaian kotor menumpuk di sudut pintu. Riang lupa menjemur handuknya. Bu Rapi merapikan semua. Butuh waktu banyak untuk mencuci piring, menyapu rumah, mencuci baju dan menjemurnya.
“Selesai.” Bu Rapi tersenyum melihat hasil kerjanya. Rumah terlihat lebih bersih, lantai sudah dipel, piring sudah disusun dalam rak. Bu Rapi ingin bersantai sejenak sambil membaca majalah.
Baru saja tangannya akan mengambil majalah, terdengar bunyi bel.
“Selamat siang, Bu,” seru Riang.
Oooh… Rupanya karena sibuk merapikan rumah, Bu Rapi tak ingat waktu. Waktunya habis hanya untuk beres-beres rumah. Dan sekarang, Riang sudah pulang dari sekolahnya. Sebentar agi, kakaknya Gembira menyusul.
Riang membuka kaos kakinya sembarangan. Bu Rapi langsung menegur. “Riang, masukkan kaos kakimu ke dalam sepatu,” perintah Bu Rapi.
Rupanya Riang kebelet ingin buang air kecil. Ia sudah lari ke kamar mandi dan tak mendengar perintah ibunya.
“Uh.. Pekerjaanku sangan membosankan.” gerutu Bu Rapi. Ia memungut kaos kaki riang, dan menyusunnya dalam rak sepatu.
“Bu, aku lapar.” kata Riang.
Bu Rapi menyiapkan makan siang. Saat Riang menyuap makanannya, datang Gembira.
“Wah, aku juga mau makan.” kata Gembira.
Bu Rapi menyiapkan makanan buat Gembira. Mereka makan bersama. Selesai makan, Riang dan Gembira istirahat di kamar masing-masing. Lagi-lagi, Bu Rapi merasa terganggu dengan tumpukan piring bekas makan siang.
Segera Bu Rapi membersihkan piring ke dapur. Ia lelah, ingin istirahat siang seperti anak-anaknya. Namun Bu Rapi ingat, Pak Rajin ingin makan malam semur daging kecap. Buru-buru Bu Rapi ke dapur, mengeluarkan daging dari lemari es, dan menyiapkan bumbu.
Bu Rapi memasak semur. Biasanya ia suka bersenandung setiap memasak. Namun kali ini tidak. Bu Rapi merasa bosan dengan kegiatannya yang hanya sibuk melayani semua orang di rumah. Waktunya habis untuk beres-beres, dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Sesekali Bu Rapi ingin dimanja dan melihat rumah dan rapi dan bersih tanpa harus merasa lelah. Namun mana mungkin?
Masakan sudah siap. Hari sudah sore. Bu Rapi ingin merebahkan badan sejenak sebelum mandi sore. Namun matanya terbelalak melihat pemandangan di ruang tengah. Riang dan Gembira baru selesai bermain. Semua mainan bertebaran di ruang tengah.
“Riang… Gembira…” Seru Bu Rapi.
Tak ada sahutan. Mungkin mereka main ke rumah tetangga. Lagi-lagi dengan wajah cemberut, Bu Rapi memunguti mainan anak-anak.
Pak Rajin datang. Bu Rapi langsung menyambut tas suaminya. Ia lalu menyiapkan teh hangat dan mengajak Pak Rajin ke meja makan.
Kening Pak Rajin berkerut saat menyuap semur daging.
“Tidak enak?” tanya Bu Rapi.
“Sepertinya Ibu sedang bosan, ya? ada yang kurang di semur ini. Mungkin Ibu butuh istirahat.” kata Pak Rajin.
“Aku tidak sakit.” jawab Bu Rapi.
Pak Rajin tersenyum sambil tetap mengunyah makanannya.
***
Pagi ini, Pak Rajin mengajak Bu Rapi pergi berlibur.
“Jangan, Pak. Rumah masih belum rapi,” jawab Bu Rapi.
“Ayo anak-anak, kita rapikan rumah bersama-sama!” seru Pak Rajin.
Bu Rapi bingung melihat cara Pak Rajin dan anak-anak membersihkan rumah. semuanya kacau balau. Hasilnya berbeda dengan sentuhan tangan Bu Rapi.
Lemari bergeser sehabis kolongnya dibersihkan. Susunan sofa miring-miring. Lantai yang sudah mereka pel, tidak tampak mengkilap. Sepatu di rak belum rapi. Bu Rapi bergerak ingin membereskan semuanya, tetapi langsung dicegah oleh Pak Rajin.
“Sudahlah, Bu. Rumah tak rapi sedikit itu biasa.” kata Pak Rajin.
Bu Rapi melihat rumahnya yang berantakan, lalu memandang tatapan harap di mata orang-orang tercinta.
“Baiklah, kita liburan. Kita lupakan rumah yang berantakan.” seru Bu Rapi.
“Horee…” sorak anak-anak.
Mereka berlibur ke pantai agar Bu Rapi bisa sedikit lebih santai. Anak-anak berjanji untuk meringankan tugas ibu mereka. Tak boleh lagi ada kaos kaki dan mainan berceceran di sembarang tempat. Tak boleh lagi ada handuk yang lupa dijemur sehabis mandi.
“Ternyata tugas Ibu itu berat, ya! Yuk kita bantu Ibu sebisa kita.” ajak Pak Rapi pada Riang dan Gembira. Kedua anak itu mengangguk setuju.
***