Give Away

D I L E M A

Waktu itu aku dan suami harus ke luar kota menghadiri acara keluarga. Bertiga dengan putri kami, pagi-pagi berangkat dari rumah dan berdoa semoga perjalanan lancar. Awal perjalanan, Nurul semangat melihat pemandangan kiri kanan. Ini adalah kali pertama aku membawa dia jauh dari rumah. Setelah beberapa kilometer, Nurul mengantuk dan tertidur. Tinggal aku dan suami saling bercerita.

Hanya beberapa kilometer lagi dari tempat tujuan, ada razia. Aku melirik wajah suamiku yang sedikit cemas. Sepertinya ada masalah. Tapi dia tetap tersenyum, berusaha tenang. Aku hanya bisa berdoa semoga semua baik-baik saja. Aku menatap gerimis yang mulai turun, lalu berbisik pada Nurul yang asyik tidur,”Doakan ayah, nak. Semoga semua baik-baik saja.”

Suamiku keluar dan menghampiri polisi yang menunggunya di belakang mobil. Tak beberapa lama, suamiku balik untuk mengambil STNK. Menghampiri polisi lagi, lalu balik lagi sambil bertanya,

“Ada uang dua puluhan, bun? Yang ada ratusan sama limapuluhan nih, kegedean.” Tanya suamiku.

“Kenapa?” aku tak suka ‘jalan damai’ seperti itu.

“Dia hanya minta jatah.” Jawab suamiku lagi. Aku keberatan, tapi tak mungkin berdebat lagi.

“Coba lihat di dompet.” kataku. Aku sedang menggendong anak.

Sialnya, di dompetku cuma ada seratus ribu, ditambah beberapa  lembar uang seribu. Aku lupa mengisi dompet sebelum berangkat, karena buru-buru. Lima ribu pun tak ada.

“Ya sudah, ini aja.” kata suamiku sambil menggenggam beberapa lembaran seribu itu.

“Tapi…” kataku. Suamiku sudah pergi.

Aku pasrah, Semoga tidak menambah masalah.

Tak beberapa lama, suamiku kembali dengan wajah cerah. STNK sudah di tangan. Dan perjalanan dilanjutkan.

“Ayah bilang apa tadi? Kok uang seribuan dikasih?”

“Nggak bilang apa-apa,”

“Emang SIM ayah mana?”

“Hilang.” jawabnya datar.

Aku langsung ceramah, “SIM itu penting, bla bla bla.. Syukurlah Ayah ketemu polisi yang kaya gitu, urusan langsung lancar. Coba kalau polisinya disiplin bla bla bla…”

Suamiku hanya mengangguk-angguk dan berkata “Iya.. Iya.. Nanti bikin lagi SIM nya.”

Aku teringat uang seribuan tadi. “Yah, kok dia mau dikasih uang kecil gitu?”

“Dia minta selipkan ke kantongnya, jangan sampai komandannya tahu.”

“Dia tak tahu berapaan yang dikantongnya?”

“Nggak..”

Aku dan suami tertawa. Miris.

Saat itu suatu keberuntungan bagi suamiku, walaupun dia di pihak yang salah. Tapi, polisinya juga salah kan? Belum apa-apa sudah minta jatah. Maaf, aku tidak pukul rata semuanya. Semoga semua aparat di negara ini bisa menjalankan tugas sebaik-baiknya. Dan semoga seluruh rakyat Indonesia, mematuhi peraturan yang berlaku.

Suamiku harus bikin SIM lagi. Harus..!!

Tulisan ini diikutkan dalam GA “5 Tahun Merantau”

25 tanggapan untuk “D I L E M A”

  1. itu nmanya kasus KUHP ni wit, (kasih uang habis perkara) ,hahaha, di satu sisi beruntung da kayo,, di sisi lain, klw mode t polisi sadoalahx, yo buruak nmo polisi jdhx, jo pitih amuah se luluah,, haha,

    tpi,mntap lo da kayo yo, diguluangx ptih, spyo ndk tau polisi,, hahaha

  2. Beruntung banget Nurul, tak tahu peristiwa..
    Beruntung banget Polisi, hari itu tak ada jadwal razia..
    Beruntung banget Ayah, STNK tak ditahan.
    Beruntung banget Bunda, dapat istirahat sejenak..
    Beruntung banget pembaca, bisa dapat jurus baru..

Tinggalkan komentar