Dimuat, Foto, Uncategorized

Cerita Anak : Kado Istimewa Untuk Silvi

Hobby menjahit membuat hoki bagi saya. Sudah 4 cerpen berhasil dimuat di Bobo bertema jahitan. Dan cerpen kali ini, cerpen hasil kelas Kurcaci Pos dengan Mas Bambang Irwanto. Masih ingat bagaimana betenya saya masuk kelas itu, banyak salah melulu. Sempat ngambek sama sang guru hehe. Akhirnya saya sadar, kalau yang disampaikan guru itu benar, cuma sayanya aja yang belum bisa terima. Setelah naskah diendapkan, dan mengikuti saran, tuh kan… Akhirnya cerpennya jadi dan semakin cantik. 😀

Ilustrasinya cantik ya.
Ilustrasinya cantik ya.

 

KADO ISTIMEWA UNTUK SILVI

Oleh : Novia Erwida

Silvi menatap iri pada Salma. Lagi-lagi, Salma memakai baju baru. Kali ini Salma memakai terusan ungu dengan hiasan payet di sekeliling leher. Juga ada bunga-bunga besar yang menjuntai di sisi bawah gaun. Cantik sekali.

Salma pamer baju baru terus di setiap acara ulang tahun, batin Silvi

“Waaah…! Putri kerajaan sudah datang.” Goda Merry yang sedang berulang tahun.

Salma menyunggingkan senyum, menyalami Merry dan menyerahkan kadonya. “Selamat ulang tahun…”

“Terima kasih, Tuan Putri.” Jawab Merry sambil membungkukkan badan.

Teman-teman tertawa. Hanya Silvi yang diam saja. Bagi Silvi, Salma adalah anak yang suka pamer. Salma tidak menghargai teman-teman yang tidak bisa membeli baju baru seperti Silvi. Silvi memandang baju hijaunya. Ada sedikit robek di lengannya, tapi ibu sudah menisiknya.

Silvi pernah minta dibelikan baju yang baru. Ibu bilang belum punya uang. Jadi, di setiap acara ulang tahun, Silvi selalu memakai gaun hijaunya.

Silvi menghidari berdekatan dengan Salma. Dia tak mau bajunya tenggelam oleh gemerlap gaun Salma.

“Ini buatmu.” Salma mengambilkan sepotong cake cokelat buat Silvi.

“Terima kasih.” Jawab Silvi jawab Silvi tanpa senyum. Salma hanya heran melihat Silvi yang tidak ramah.

***

Ada undangan ulang tahun dari Mia. Silvi membolak-balik undangan itu. Dia ragu untuk datang. Ibu masih belum membelikan gaun baru. Baju yang ada di lemari, cuma kaos dan celana jeans. Tidak pantas dipakai untuk acara ulang tahun.

“Bu, kalau Mia tanya, bilang Silvi sakit ya.” Kata Silvi pada Ibunya.

“Lho? Kok Silvi menyuruh Ibu bohong?” sela Ibu.

Silvi menggigit bibir. Dia tak sanggup melihat Salma memakai gaun baru lagi. Silvi akan semakin benci dengan gaun hijaunya.

“Silvi, kan, enggak punya baju.” Jawabnya pelan.

“Yang hijau, kan, bagus? Kasihan Mia kalau kamu tidak datang.” Bujuk Ibu.

Sepertinya Silvi tetap harus berangkat ke acara itu. Ibu tak mau berbohong.

Silvi masuk ke kamarnya, lalu membuka lemari. Ada gaun ungu kak Sarah, masih bagus tapi kebesaran buat Silvi. Silvi mencobanya dan mematut-matut diri di depan cermin.

Bahu gaun itu jatuh sampai ke lengan. Bagian badannya kedodoran. Bagian bawah gaun, panjang sampai menyapu lantai. Tampak sekali kalau Silvi memakai gaun pinjaman. Mungkin beberapa tahun lagi, barulah gaun itu pas dipakai Silvi.

Silvi meneteskan air mata. Tak ada pilihan lain. Sekarang dia harus berangkat. Disambarnya gaun hijau dan berdandan sekedarnya. Tak lupa memakai bando berwarna emas. Pemberian Ibu sebulan yang lalu.

Silvi belajar menerima keadaan. Ia tak mau mengeluh. Kalau Ibu punya uang, pasti ia dibelikan baju baru. Sejak Ayah meninggal, Ibu menerima pesanan kue. Hasil penjualan kue Ibu tidak seberapa. Sejah subuh, Ibu selalu menyusun kue-kue dalam baki plastik untuk diantar ke warung-warung. Kadang Silvi dan Kak Sarah ikut membantu mengantarkan kue.

Silvi memasuki rumah Mia, matanya mencari-cari sosok Salma. Benar tebakan Silvi. Kali ini Salma memakai gaun pink yang lembut. Roknya mekar seperti putri raja. Gaun yang cantik, tidak seperti… Ah, Silvi kembali menyesali gaun hijaunya.

Ulang tahun Mia meriah. Ada games meletuskan balon dengan perintah lucu bagi yang terkena hukuman. Silvi menikmati permainan, sampai lupa soal gaunnya.

Tiba-tiba Mia bersorak. “Minggu depan kita pesta di rumah Silvi!”

“Asiiiik…” teman-teman yang lain bertepuk tangan meriah. Silvi tersenyum kecut. Minggu depan memang ulang tahunnya, tapi Silvi tak mungkin mengadakan pesta. Ibu tak punya uang untuk itu.

Salma mendekati Silvi. Silvi menjauh. Salma heran.

“Kenapa, Sil?”

“Bajumu bagus sekali. Aku malu di dekatmu.” Kata Silvi berbisik.

Salma tersenyum. “Ibuku tukang jahit, Sil. Baju ini dibuat dari kain sisa yang masih bisa dipakai. Pelanggan Ibu biasanya memberikan kain sisa baju mereka.” Jawab Salma.

Kening Silvi berkerut.

“Coba lihat, bagian atas dan bawah kainnya berbeda kan?”

Silvi memperhatikan. Benar. Hanya warnanya saja yang senada. Pasti Ibu Salma bekerja keras menjahit gaun itu sampai cantik begitu.

“Ibumu hebat.” Kata Silvi jujur.

Salma tersenyum. “Ibumu juga hebat. Aku suka kue buatan ibumu.” Jawab Salma.

Silvi tercenung mendengarnya.

Seminggu kemudian, Salma datang ke rumah Silvi membawa kado. Silvi kaget sekaligus senang.

“Aku tidak mengadakan pesta.” Kata Silvi.

“Aku tahu. Tapi bukalah kado ini.” Jawab Salma.

Jemari Silvi bergerak cepat karena penasaran. Setelah kado terbuka, Silvi terbelalak. Ada gaun baru berwarna biru.

“Terima kasih…” Silvi memeluk Salma. Silvi tahu ini berasal dari kain sisa. Tapi tak ada yang tahu selain Silvi, Salma dan Ibu Salma.

Silvi langsung memakai gaun itu. Pas dan tidak longgar seperti gaun Kak Sarah. Silvi berputar-putar. Hatinya sangat senang. Salma juga senang, dia sudah memberi kado yang dibutuhkan Silvi.

Silvi menarik tangan Salma ke meja makan. “Ibumu pintar menjahit, Ibuku pintar bikin kue. Ayo coba.” Kata Silvi sambil menyerahkan sepiring black forest pada Salma. Hanya kue itu sebagai simbol perayaan ulang tahun Silvi.

Salma mencolek krim, dan mengoleskan ke hidung Silvi. Silvi membalas. Hidung Salma berlepotan krim. Mereka tertawa bersama.

***

Bobo no 19. Terbit tgl 18 Agustus 2016
Bobo no 19. Terbit tgl 18 Agustus 2016

Cerpen ini juga diposting di grup Rumah Jamur Kurcaci.

Iklan
Uncategorized

Kelas Menulis

Sesuatu yang serba tanggung, hasil akhirnya juga tanggung. Aku tak ingin setengah-setengah menjadi penulis. Aku ikut kelas penulis beken Nurhayati Pujiastuti. Dan setelah masuk kelas, baru kutahu kalau menulis itu gampang, cuma modal imajinasi dan mau. Iya, hanya modal mau. Kalau imajinasinya seabrek dan tidak dieksekusi, hasilnya nol besar. Tak ada tulisan jadi.

Mbak Nur penulis yang rajin. Setiap hari dia menulis dan mengirimkan ke media. Tulis lagi dan tak berpikir tulisannya ditolak. Lama-lama kemampuan menulis akan terasah dan menghasilkan tulisan bagus. Jauh berbeda denganku dulu. Dulu dalam sebulan aku hanya menulis 1 cerpen, selanjutnya kutunggu dan kutunggu. Ternyata ditolak. Lalu aku patah semangat dan ngambek menulis. Setelah punya anak baru berani menulis lagi.

Huff.. Baru kusadari kesalahanku yang membuang waktu. Padahal ide berkelebat dimana-mana. Tugas penulis itu hanya menulis. Bukan melamun. Ide bisa didapat dari melihat gambar atau mendengarkan celotehan seseorang. Kembangkan imajinasi. Dan satu pesan mbak Nur, menulis harus sekali duduk. Hohoho… aku belum pernah melakukan. Dan disini aku dipaksa. Dan hasilnya sudah 2 tulisan yang masih kusimpan di file. Rencananya diendapkan dulu. Beberapa waktu lagi baru dikirim.

Laptop ada, hp juga bisa. Kertas kecilpun boleh jadi alat menulis. Kelamaan melototin sosmed bikin kita tidak produktif. Padahal dulu aku ngetiknya pakai mesin tik, dan tidak boleh salah. Salah sedikit ulang lagi, baru berani kirim. (Coba tebak berapa umurku hehe). Sekarang bisa dimanapun dan kapanpun. Alhamdulillah, Allah mempertemukanku dengan guru menulis yang baik, semoga ini bisa menjadi jalanku.

Tidak boleh setengah-setengah. Aku harus total.

Uncategorized

Mesjid Jami’ Parabek

Mesjid Jami' Parabek
Mesjid Jami’ Parabek

Mesjid Jami’ Parabek terletak di Jorong Parabek, Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam Sumatera Barat. Mesjid ini dibangun atas prakarsa Sjech Ibrahim Musa pada tahun 1908. Dengan ukuran 50 x 50 m, mesjid ini unik dengan interior kuno namun awet sampai sekarang. Terdapat tiang-tiang beton besar dengan ukiran ayat Al-Qur’an di sekelilingnya. Perbaikan Mesjid pertama kali pada tahun 1933, dan presiden Soekarno turut serta sebagai engineer. (sumber)

Sekitar 1000 santri Madrasah Sumatera Thawalib Parabek memenuhi mesjid ini di setiap jadwal shalat. Mesjid selalu penuh hingga sebagian siswa harus shalat di pelataran Mesjid. Setiap bulan Ramadhan Mesjid semakin semarak dengan banyaknya anak-anak bertadarus.

 

 

“Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Foto Blog The Ordinary Trainer”

LOGO

Give Away, Uncategorized

Suaranya Melengking

Hp pertamaku (lebih tepatnya punya ayahku) Nokia 3210 warna abu-abu. Beli second, hpnya berat dan batrenya sudah bocor. Belum ada yang sanggup beli hp baru waktu itu, kecuali orang kaya. Tapi karena yang punya hp waktu itu masih sedikit, Nokia-ku tetap keren dibanding telepon kabel. 🙂 Belinya Rp. 600.000,- ditambah kartu perdana Rp. 200.000,- dengan pulsa isi Rp. 100.000,- Muahal banget kan? Harga kartu sekecil itu Rp. 100.000,- dibandingkan dengan kartu perdana sekarang, Rp. 2000,-  sudah bisa beli kartu.

sumber http://www.extragsm.com/nokia-3210-phone-gallery-1001.html
Sumber

HP monokrom, monophonic dan bunyinya melengking. Semakin berbunyi semakin bagus. Teman kuliah jadi tahu kalau aku punya hp, dan bisa saling tukar nomer. Padahal untuk 1 sms mahal banget, Rp. 350,- untuk sesama operator dan Rp. 500,-  beda operator. Memory phone book cuma 100 kontak, sms cuma 20 buah. Kantong bocor kalau sering nelpon dan sms. Jadi hp sering dipakai untuk main game dan ngecas berulang-ulang. 😀

Dulu aku dan adikku sering bikin lagu yang diambil dari majalah. Apa sih namanya, kita pencet Teeet… Tiiiit… dan lama-lama jadilah nada lagu yang dimaksud. Bikinnya lama banget. Dan kalau lagu yang diputar semakin ngetren, teman-teman juga sering nyontek dan di kampus segerombol teman bisa Teeet… Tiiit… melulu. Hanya untuk satu lagu bisa menghabiskan setengah jam. *Buang waktu.

Waktu itu yang punya hp kamera dipandang keren, padahal kameranya biasa dan kalau dicetak berwarna buram. Maklumlah, kamera digital belum ada, waktu kuliah aku masih pakai kamera yang ada filmnya. Jadi punya hp yang bisa bunyi sudah satu kebanggaan bagiku. Hp cuma buat nelpon dan sms. Kalau mau ngenet, ya ke warnet. Perjam Rp. 5000,-. *Coba tebak aku lahir di zaman apa?

Lanjutkan membaca “Suaranya Melengking”

Uncategorized

Pemenang Hiburan

Kemarin malam iseng-iseng buka twitter, dan aku melihat namaku sebagai salah satu pemenang blog competition yang diadakan Blog Detik dan Dompet Dhuafa. Subhanallah, tanganku gemetar pegang HP saking senangnya, senyum terus. Ih, norak ya. Maklum, ini kontes blog pertama yang kuikuti, dan Alhamdulillah langsung menang. Masuk jadi 15 pemenang hiburan adalah prestasi besar buatku. Biasanya cuma menang GA, itupun jarang-jarang.

Masih ingat saat aku mengirim tulisan itu di hari terakhir sebelum penutupan. Aku sudah pasrah ditolak, sudah kucoba berkali-kali pakai platform blogdetik, selalu error. Rasanya ingin nangis melihat tulisan yang sudah kurangkai dengan susah payah dalam sekejap “Blass…!” hilang. Berkali-kali kuulangi. Suamiku membesarkan hatiku, “Mungkin tulisan yang error itu kurang bagus, ganti lagi yang baru.” Aku salah, aku langsung menulis di draft blog, sekali error, hilang semua.

Kucoba lagi mengingat-ingat apa yang sudah kutulis. Kurangkai menjadi kata yang lebih bagus seperti saran suamiku. Aku tulis di word. Kapok dengan jaringan internet. Dan aku pakai blog ini, tak ada waktu lagi. Setelah kupublish, anakku rewel. Sambil menyusui anak, kuisi data peserta lomba, dan setelah itu aku lupakan. Aku sama sekali tak punya target menang.

Tadi malam saat utak atik HP dan menemukan namaku, rasanya luar biasa. Ada rasa bangga yang menggunung. Didorong rasa penasaran, kubuka lagi link persyaratan lomba. Hadiahnya gede, ternyata. Tunggu ditelpon panitia, nggak sabaar….

Siapa sangka aku bisa menang? Ini sungguh di luar dugaan. Mungkin ide tulisanku yang unik membuat juri melirik. Apapun  faktor penyebab kemenanganku, aku tak boleh sombong. Aku harus terus belajar dari blogger lain. Dan selalu meminta restu suami sebelum berlomba.

Uncategorized

Aku Bahagia Di Sini

Perkenalkan, aku Pee. Nama yang singkat, bukan? Aku diberi nama oleh seorang bayi mungil yang masih cadel bernama Nurul. Nurul kalau bicara masih sepotong-sepotong. Bunyi dibilang “nyi”, baju dibilang “ju” bawah dibilang “wah” dan hape dibilang “pe”. Setiap dia melihat aku, mulutnya selalu berseru “pee…!”. Baiklah gadis manis, aku suka nama pemberianmu.
Aku masuk ke keluarga kecil ini sebagai hadiah ulang tahun dari Ayah buat Bunda. Pas banget, karena beberapa hari sebelumnya Nurul membanting HP lama hingga menghembuskan napas terakhir. *Berdoa buat sahabatku. Jadilah aku bagian terpenting dalam hidup Bunda, di samping Ayah dan Nurul.
Awal kenal Bunda, aku melihatnya datang ke toko tempat aku dipajang. Awalnya bunda memilih temanku yang putih, tapi akhirnya tangannya malah meraihku. Kata Bunda, “hitam lebih awet dan tidak gampang kotor”. Aku senang, akhirnya bisa melihat dunia luar. Bosan di toko terus.
Setiap Bunda keluar rumah, Bunda selalu membawaku. Bunda mengandalkanku sebagai pusat informasi. Bunda juga membawaku ke tempatnya mengajar. Bunda sering memakaiku untuk memotret murid-muridnya atau mengambil gambar pemandangan sekolah dan dipajang di akun Instagramnya.

Lanjutkan membaca “Aku Bahagia Di Sini”

Uncategorized

Tak Ada Doa Tolak Rezeki

Awalnya saya ngeblog hanya karena iseng. Dimulai dari tahun 2011 dan hanya berisi satu postingan. Tahun 2012 blog saya benar-benar kosong. Saya belum terlalu paham apa itu blog dan manfaatnya. Yang ada dalam pikiran saya hanyalah blog untuk menulis atau curhat, itu saja. Ternyata setelah mulai sering blogwalking, saya mengerti blog juga bisa menghasilkan rezeki. Bisa lewat kontes GA dengan hadiah yang lumayan (buku, pulsa dll) ataupun kontes brand ternama dan hadiahnya jutaan. Wow.. Tidak ada doa tolak rezeki. Siapapun pasti mau rezeki berlimpah.

Lanjutkan membaca “Tak Ada Doa Tolak Rezeki”

Uncategorized

Award

Beberapa tulisanku ikut GA dan kuis. Semoga daftarnya semakin bertambah banyak. 🙂

1. Dilema hadiahnya buku “Ramadhan di Rantau karya Boneka Lilin Dkk”

2. Kuis @BAWCommunity hadiahnya buku “Yang Tersimpan Di Sudut Hati karya Ade Anita”

3. My First Salary, Belajar Menjadi Malaikat hadiahnya pulsa Rp.50.000,-

4. Magic Mini Sarong hadiahnya pulsa Rp. 10.000,-

5. Cerpen Bocah-bocah, dimuat di Okezone.

6. Kuis grup BAW hadiahnya Novel PING dari Mbak Shabrina WS

Nunggu point no 7 dan seterusnya 🙂

Uncategorized

Dari Hati Ke Hati

Segala sesuatu yang ditulis dengan hati, akan dibaca dengan hati. Mungkin inilah kekuatan yang membuat kebanyakan pembaca buku puisi 50 Puisi Renungan Inspiratif  melelehkan air mata dan mengucapkan ribuan terima kasih kepada penulis. Puisinya ngena, masuk ke hati. Padahal penulis hanya menulis, tapi pembaca sangat tersentuh. Amazing.

Saat ini bapak Achdiat M. Noer sibuk melayani curhatan testimoni pembaca bukunya. Hampir semuanya berisi pujian. Alhamdulillah. Buku sederhana itu jadi dan bermanfaat buat orang lain.

DSCN5668

Berikut beberapa testimoni pembaca.

1.Seorang Ibu minta dibuatkan puisi untuk Ibunya.

“Makasih pak, smoga Allah yang akan membalasnya Pak Achdiat. Sekali lagi terima kasih puisi dan doa nya. Subhanallah. Tak ada kata yang pantas untuk ucapan terima kasih yang tak terhingga. Tak terasa air mataku mulai mengambang membasahi pipiku yang juga sudah mulai menua. Pak Achdiat, hanya pada Allah saja kumemohon semoga Allah yang akan membalas budi baik Bapak. Aamiin”        Lanjutkan membaca “Dari Hati Ke Hati”