Blog Competition, Hikmah

Berawal Dari Nasihat, Mari Sebarkan Kebaikan

“Tabunganmu masih ada?”
“Masih, Mbak.”
“Syetan sedang menggodamu. Masih ada simpanan tapi takutnya bukan main. ”

Aku tersentak. Nasihat yang sangat sederhana itu menyadarkanku bahwa bukan hanya aku seorang yang mengalami kesulitan di masa pandemi corona ini. Masih banyak yang lebih sulit dariku, yang bahkan untuk makan esok hari saja mereka belum tahu.

fb_img_15882344116335844902123731970773.jpg

Aku beristighfar. Mengucapkan terima kasih berulang-ulang pada sosok yang sangat sering mengingatkanku. Saat keuanganku sedang terpuruk, aku sedikit melepas keluh padanya dan meminta doa agar aku kuat. Aku tidak meminta sesuatu dalam bentuk fisik, cukup nasihat-nasihatnya yang sungguh banyak merubah hidupku.
Aku sering bercerita banyak hal padanya.
“Aku takut tidak cukup.”
“Cukup menurutmu dan cukup menurut Allah itu beda. ”
fb_img_15882341722172761993758053399868.jpg

Tak perlu curhat panjang lebar dengannya. Sedikit kalimat bernas darinya seolah menyulap energi positif untuk menebar kebaikan. Sungguh, beliau adalah sosok tangguh yang menginspirasi banyak orang. Seolah tak kenal lelah mengajar gratis, mengumpulkan minyak jelantah, sedekah Jum’at, mengumpulkan dana untuk membangun pesantren, dan seribu kebaikan yang ditampilkan dan yang tidak ditampilkan.

fb_img_15882343786094729779337023344656.jpg

Sesederhana itu. Hidupnya penuh dengan kebaikan berbagi. Berbagi dalam bentuk benda, dan berbagi dalam bentuk ilmu dan nasihat. Kupikir semua muridnya juga merasa dekat dengannya. Banyak suara yang menyatakan bahwa beliau adalah guru yang baik. Sesuatu yang datangnya dari hati, akan tembus ke dalam hati.

Nasihat yang disampaikan dengan tulus, bisa merubah kehidupan seseorang. Mengajak berbagi, mengajak untuk lebih peduli, mengajak untuk berubah lebih baik lagi. Lalu apa balasan bagi orang yang sudah berjasa memberi nasihat baik? Yang sudah mendidik menebar kebaikan bagi orang-orang sekitar? Doakan mereka. Sampaikan nasihat mereka pada orang lain, agar amalan itu menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi pahala yang tak putus-putus.

Saat ini, sekedar tempat tinggal dan kebutuhan makanan itu sudah cukup. Meski menjadi Ramadhan tersepi dan akan diingat sepanjang sejarah. Banyak karyawan yang di PHK. Banyak pengusaha omsetnya merosot. Tapi semua tak menghalangi untuk tetap berbagi.

Di masa pandemi corona ini, saat banyak hal yang biasa dilakukan menjadi terbatas, tapi kita bisa terus menebar kebaikan bagi orang lain. Misalnya:

  1. Dengan lisan.
    Lakukan kuliah online dengan ilmu yang kamu kuasai. Seperti ceramah ustadz di beberapa aplikasi. Ilmunya bisa kita serap sambil tetap melaksanakan kegiatan sehari-hari di dalam rumah. Ajarkan orang lain sesuai keahlianmu agar ilmumu menjadi bermanfaat. Ajari teman-temanmu menjahit, menulis, melukis, atau tips parenting melalui dunia maya.
  2. Dengan tenaga.
    Libatkan diri menyalurkan bantuan sembako pada wilayah terdampak, jika memungkinkan. Pastikan diri sehat dan menggunakan masker.
  3. Dengan materi.
    Tetap di rumah saja tapi bisa berbagi pada yang membutuhkan. Bagaimana caranya? Gampang sekali.
    Sejak tahun 1993 Dompet Dhuafa sudah menyalurkan zakat ke lebih dari 19 juta mustahiq. Zakat yang disalurkan sudah merubah kehidupan mustahiq menjadi lebih baik lagi. Ada lebih dari 130 program pemberdayaan umat di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan dakwah, budaya.

Bisa dipilih jenis donasi yang akan disalurkan. Boleh berbentuk zakat, infak/sedekah, wakaf, kemanusiaan.

  •  Di masa pandemic ini alangkah baiknya jika disalurkan pada bidang kesehatan seperti pengadaan APD untuk tenaga medis.

Screenshot_2020-04-30-14-52-52-628_com-1.instagram.android.png

 

  • Bisa juga menyalurkan zakat fitrah untuk membantu saudara kita tetap bertahan.

fb_img_15882342119402612278798935727040.jpg

 

  •  Bahagia bersama dengan memberikan parsel Ramadhan untuk dhuafa yang terdampak corona.

fb_img_15882341787435029287554506318543.jpg

 

  •  Atau membangun pesantren melalui wakaf.

fb_img_15882342021783728927359767407592.jpg

Semua itu baru beberapa program yang dilaksanakan dompet dhuafa. Masih banyak program lain yang akan mencapai sasaran dengan singkat jika kita saling menopang. Ada kalkulator zakat untuk menghitung jumlah zakat yang harus kamu bayarkan. Kamu bisa menunaikan kewajiban zakat fitrah atau zakat maal meskipun di rumah saja.

Donasimu akan disalurkan kepada yang membutuhkan. Sampaikanlah nasihat yang baik seperti guruku dalam kisah di atas, sebarkanlah kebaikan dengan lisan dan tindakan. Semoga kebaikan yang sudah kamu lakukan bermanfaat dan melapangkan urusanmu dunia dan akhirat.

*Sumber foto facebook dan instagram Dompet Dhuafa

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

fb_img_15882369597623245490070629601598.jpg

Iklan
Curhat Emak, Hikmah

Aku Sakit

Sebetulnya ini bukan keluhan, hm… tepatnya curhat deh agar kita hati-hati menjaga kesehatan. Beberapa bulan belakangan, aku gampang capek. Bawa motor dikit, capek. Habis ngajar, demam. Hampir setiap minggu aku mengeluh sakit. Beneran nggak ada tenaga. Pusing, sakit kepala, sakit saat sisir rambut. Rontok banyak. Bahkan saat melihat cermin, aku terlihat tuaaa sekali.

Minta duit sama suami biar beli krim perawatan. Dikabulkan. Oles berapa kalipun, nggak ngaruh. Kulit masih saja keriput. Demam pusing masih berlanjut. Sampai suatu hari, aku merasa benjolan di leherku. Sakit banget. Segede telur puyuh. Kuabaikan 3 hari sambil dioles but-but. Bukannya membaik, malah makin sakit, akhirnya nggak kuat. Makin sakit makin demam. Ke dokter deh.  Lanjutkan membaca “Aku Sakit”

Curhat Emak, Dunia Penulis, Foto, Hikmah

WORKSHOP TERE LIYE (Part II)

Menyambung puzzle ingatan workshop Tere Liye kemarin. Kesimpulan dasar dari semua penjabarannya hanya satu. Yaitu terus latihan menulis. Tere Liye sama sekali tidak menyinggung soal halangan dalam menulis, misalnya waktu yang sempit untuk menulis, tidak tersedia sarana seperti laptop dll. Dia menceritakan kisah masa kecilnya yang hidup dalam keterbatasan. Di kampungnya sangat terpencil, anak-anak biasa mendengarkan dongeng. Kebiasaan itu salah satu yang memotivasinya untuk bisa jadi penulis.

IMG_20180501_082600_BURST1

Malah anak jaman now lebih sering menulis dari anak jadul. Lihat saja di akun sosial media. Berapa kali remaja membuat status, komentar, sharing dan membaca lewat internet. Harusnya tulisan-tulisan itu bisa lebih terarah dan jadi sebuah buku, daripada membuat sepotong kalimat yang kadang tidak ada artinya. Malah kebanyakan sosial media dijadikan alat untuk saling mencela, sayang sekali, kan?

Lanjutkan membaca “WORKSHOP TERE LIYE (Part II)”

Curhat Emak, Give Away, Hikmah

BUKAN SOAL PROBABILITAS, INI REZEKI

Sebelah ovariumku sudah diangkat sewaktu gadis dulu, akibat kista yang bersarang dan pecah di dalam. Sebelah lagi, bisa diselamatkan dengan menyedot cairan kistanya. Aku beruntung masih bisa membuka mata pasca operasi. Karena kupikir aku akan bangun di liang kubur. Tapi kehidupan apa yang bisa dihadapi setelah kehilangan sebelah organ penting bagi wanita? Tim dokter menyarankan segera menikah, karena ada kemungkinan kistanya tumbuh lagi. Setelah punya satu atau dua anak, jika mereka kembali mengganas, jalan terakhir pastilah membuang lagi. Secara fisik tetap wanita, namun tak bisa lagi bereproduksi.
Setelah melewati masa-masa sulit, aku mulai membuka diri. Mensyukuri sebelah ovarium yang sehat, 50% kemungkinan bisa hamil saat aku menikah nanti. Seorang lelaki berbudi mau menerimaku, menyatakan keinginan bersamaku, tetap berdua sampai tua atau kalau beruntung, memiliki bayi yang lucu. Lanjutkan membaca “BUKAN SOAL PROBABILITAS, INI REZEKI”

Curhat Emak, Dunia Penulis, Hikmah

Menulis Itu Harusnya….

“Aku capek.” keluhku pada Shabrina WS. Mood menulis menukik tajam, tak ada tulisan lahir 3 bulan belakangan. Dan aku merasa lelah menjadi penulis.

“Lho, kan dirimu lagi panen, Uni.” balasnya.

Memang, beberapa karya berderet muncul di Bobo saat aku sedang tidak aktif menulis. Jadi aku dianggap seorang penulis yang rajin, yang produktif dan tak pernah bosan menulis. Padahal saat itulah semangatku di titik nol, bahkan minus.

Setelah ditelusuri, aku capek karena niat menulisku sudah mulai berbelok arah.

“Jangan terlalu keras sama diri sendiri, uni.” nasehat manisnya akan selalu kuingat.

Iya, aku dan teman-teman merah jambu balapan karya selama tahun 2016 ini. Kami menulis karena target, siapa yang terbanyak, itulah pemenang. Dan ternyata, kompetisi seperti itu tak cocok dilakukan oleh emak-emak yang banyak maunya seperti aku. Melihat karya teman bermunculan di kanan kiri membuat aku memandang remeh diri sendiri. Aku juga ingin, tapi tak sanggup. tak punya waktu untuk menulis

“Ada masa untuk segala.” ini pasti peringatan karena masa panen hampir berakhir :p

Aku merasa bersalah karena suka nonton daripada nulis atau baca. “Aku malah sekarang suka download lagu.” akunya.

“Nikmati semua. Menulis itu untuk bersenang-senang, bukan malah bikin stres.” lanjutnya lagi.

Ini yang aku lupa. Dulu aku menulis karena aku ingin menulis. Sekarang aku menulis karena target, berasa mesin dan tulisanku hambar. Lalu aku menyalahkan keadaan, anak yang tak mau diam, waktu tersita untuk mengajar, mood tak kunjung muncul. Hiks.

Aku juga sedikit tertekan dengan genre tulisan yang berbeda-beda. Aku enjoy menulis cernak, dan mendadak kaku menulis cerdew atau artikel. Tapi di beberapa kelas, menuntut aku harus bisa semuanya. Dan karena mentalku setipis kulit ari, aku duluan takut dan tulisanku tak jadi-jadi. 😦

“Jangan membandingkan diri sendiri  dengan orang lain, Uni.” nasehat Shabrina lagi.

“Kita emak-emak, waktu sudah habis tersita untuk keluarga. Rugi kalau galau.” sambungnya.

Hiks… Kalau saja Shabrina ada di depanku, mungkin sudah kupeluk erat karena dia sudah menunjukkan sesuatu yang tak terlihat di mataku. Iya, aku harus menulis karena hati. Target akan selalu ada. Kita harus bergerak mengikuti arus, tapi aku tak boleh lagi merasa tertekan, karena aku menyukai menulis.

Shabrina, aku akan selalu ingat, menulis itu untuk bersenang-senang. Terima kasih banyak. 🙂

 

Curhat Emak, Dunia Penulis, Foto, Hikmah, Perjalanan

Berbagi Bersama Kelas Inspirasi Bukittinggi

Aku mendapat info pembukaan kelas inspirasi dari mbak Naqiyyah Syam. Ingin sih ada, tapi terbentur waktu dan kerjasama mengasuh Nurul selama aku tak di rumah. Aku tak mau berpikir panjang, langsung saja mendaftar tanpa bilang-bilang. Setelah dapat email bahwa aku lolos sebagai inspirator, baru aku bingung. Setelah diskusi sama suami, dan koordinasi dengan kakek neneknya Nurul, Alhamdulillah, aku bisa ikut dan mereka akan menjaga si kecil.

Sebenarnya kelas inspirasi tidak terlalu memberatkan, karena hanya sekali pertemuan. Tapi harus meluangkan waktu buat briefing, dan refleksi setelah kelas berlangsung. Mana pernah aku ninggalin Nurul lama-lama. Tapi demi bisa berbagi tentang profesi seorang penulis, aku ikut. Nggak nyangka, aku bertemu orang-orang hebat yang semangat berbagi. Mereka mengorbankan waktu, tiket PP antar pulau, akomodasi dengan modal sendiri. Aku juga harus jadi ibu kuat, bersedia jauh dari anak untuk bisa menginspirasi anak-anak lain.

Halo semua...! Nama saya Novia Erwida. Saya adalah seorang penulis.
. Halo semua…! Nama saya Novia Erwida. Saya adalah seorang penulis. Foto : Cindy

Aku dan beberapa teman ditempatkan di SDN 08 Tarok Dipo Bukittinggi. Sekolahnya bagus, muridnya banyak. Dan mereka sangat antusias menyambut kedatangan kami. Oya, yang datang ke sana tak cuma inspirator. Tapi ada fasilitator yang sudah rapat beberapa kali demi acara ini, dan dokumentator yang sibuk mengabadikan kegiatan ini. Kami baru saling mengenal, tapi sudah menjadi tim yang kompak. Semangat berbagi yang menyatukan.

Sedang mengenalkan majalah anak pada murid-murid
Aku sedang mengenalkan majalah anak pada murid-murid. Foto : Cindy

Masing-masing inspirator mendapat jatah mengajar di tiga kelas. Aku mengajar di kelas 4B, 3B dan 6B. Kelas 4 dan 3 sangat antusias, karena aku menyertakan majalah Bobo yang memuat cerpenku. Sampai di kelas 6, mereka nggak tertarik sama sekali. Rupanya sebelum aku masuk, sudah ada penulis lain yang masuk kelas itu. Yaah… Jualanku nggak laku, dong. -_-

Setelah dijelaskan kalau penulis itu banyak, baru mereka mulai tertarik. Kakak Amin yang masuk sebelumnya adalah penulis buku, sedangkan aku -ngakunya- penulis cerita anak. Bawa Bobo, bawa impian bahwa mereka tetap bisa menjadi apapun yang mereka inginkan, sambil menjadi penulis. Dokter, bidan, pilot, siapapun bisa jadi penulis dan menyampaikan ilmu mereka sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Para inspirator dkk. Foto : Budi Kurniawan
Para inspirator dkk.
Foto : Budi Kurniawan

Habis acara, kita foto-foto. Yang lucu, mereka minta tanda tangan pada semua inspirator. “Duh, nak… Kami bukan artis. Tapi demi melihat kalian senang, ayok sini… Mana pulpennya?”

Rame, kan? Foto : Budi Kurniawan
Rame, kan?
Foto : Budi Kurniawan

Oya, kelas ini baru pertama kali diadakan di Bukittinggi. Sudah ada beberapa ulasan media online mengenai ini.

  1. Berita saat briefing di sini
  2. Saat kelas berlangsung di sini
  3. Ulasanku di rumah jamur kurcaci pos

Beberapa teman adalah KI (Kelas Inspirasi) hunter. Mereka menyerbu tempat terjauh demi pengalaman yang tak terulang lagi. Tapi bagiku dengan anak balita, rasanya itu sulit. Buktinya, baru berpisah seharian saja, aku sangat kangeeen sama Nurul.

Emak lebay. ^_^

Curhat Emak, Hikmah

Overload

Setiap  orang punya masalah, kan? Aku lebih sukan memendam masalah sendiri, bermalas-malasan, atau menyibukkan diri dengan sosmed atau nonton film. Aku tahu itu cuma membuang waktu. Sampai secara tak sengaja aku membaca posting instagram @teladan rasul. Aku betul-betul diingatkan.

JANGAN MENUNGGU

1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum. Tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2.Jangan menunggu kaya baru bersedekah. Tapi bersedekahlah, maka kamu akan kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak. Tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang, baru kamu peduli. Tapi pedulilah dengan orang lain. Maka kamu akan dipedulikan.

5. Jangan menunggu orang memahami kamu. Tapi pahamilah orang itu, maka orang itu akan paham dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis. Tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu proyek baru bekerja. Tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai. Tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang. Percayalah bukan sekedar uang yang datang. Tapi juga rezeki

 lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti. Tapi bergeraklah, maka kamu akan jadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur. Tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu baru bisa melakukan, tapi  lakukanlah. Maka kamu pasti bisa.

13. Jangan menunggu waktu luang untuk membaca Al-Qur’an. Tapi luangkan waktu untuk membaca Al-Qur’an.

Beberapa memang ada yang belum masuk sih, dengan aku. Ga masalah, kita kan bisa ambil pelajaran dari siapapun. Intinya jangan membuang waktu, bergeraklah semampumu. Dan mulai saat ini, kesibukan bukan lagi alasan buatku untuk menunda-nunda.

Aku akan hadir dengan jiwa yang baru. Semangat. 😀

Give Away, Hikmah

Rumus Ikhlas

Manusia dibekali Allah otak dan hati, keduanya harus sejalan.Kekuatan hati jauh lebih dahsyat daripada kekuatan otak, itu sebabnya banyak orang yang memikirkan hal buruk terjadi padanya, merasakan dengan hati, akhirnya hal buruk itu benar-benar terjadi.  Coba kita balikkan perasaan negatif itu menjadi positif, rasakan seolah terjadi hal baik, bersyukur dengan perasaan bahagia lantas menyerahkan semuanya pada yang kuasa. Inilah yang disebut Ikhlas oleh Erbe Sentanu.

Aku memiliki buku Quantum Ikhlas dan membacanya berulang-ulang agar aku bisa ikhlas pada persoalan hidup yang kualami. Dibantu oleh sebuah audio CD yang membuat rileks, aku berusaha memasuki zona ikhlas. Kadang berhasil, kadang tidak. Rahasianya terletak pada kesejajaran keinginan otak dan hati. Kalau otak memikirkan A, sedang hati merasakan B, hasilnya nihil. Seharusnya otak memikirkan A, hati juga merasakan A. Dan terjadilah kemudahan dalam menjalani hidup. Lanjutkan membaca “Rumus Ikhlas”

Curhat Emak, Give Away, Hikmah

Move On Itu…

Dulu cita-citaku sederhana, menjadi ibu rumah tangga. Plis jangan ketawa. Aku memasang niat tulus karena ngiler dengan ratusan pahala buat istri yang patuh pada suami. Ada ulama yang bilang, saat istri mencuci baju suami dan nodanya hilang, berguguran pula dosa si istri. Menyambut suami pulang kerja, pahala. Mengandung bayi, pahala. Melahirkan bayi, pahala. Apapun pekerjaan istri untuk suaminya, dibalas oleh Allah dengan pahala yang besar. Menjadi istri dan ibu yang baik, hanya itu inginku.

Tapi…. ternyata menjalani kehidupan yang monoton itu menyebalkan. Aku terkurung di rumah, menjalani tugas ibu rumah tangga, menyusui anak, bermain dengan anak, dari pagi sampai sore itu-itu saja. Anakku semakin besar, aku semakin tua dan tidak ada sesuatu yang membuatku bangga sebagai ibu rumah tangga. Rasanya ingin bertukar peran dengan suami. Menikmati kebebasan dan setelah puas baru kembali ke rumah. *Mustahil.

Pantas saja ada warmom soal ibu rt vs wanita karir. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Padahal tetangga memandang rumput kita yang lebih hijau. Daripada membahas soal rumput-rumputan, lebih baik kita Move On. Lanjutkan membaca “Move On Itu…”

Hikmah

Kalimat Motivasi

Ini tersimpan di HP sudah lama sekali, aku catat dari kesimpulan buku motivasi waktu aku terpuruk banget. Ada baiknya diingat lagi dan sekedar berbagi.

– Kebahagiaan adalah keputusan setiap hari

– Biasanya, tempat terbaik untuk memulai sesuatu adalah dimana anda sekarang berada

– Semakin anda emosional dengan sesuatu, semakin sedikit kontrol yang anda miliki

– Darimana kita mendapat ide bahwa jika kita tidak memaafkan orang lain, mereka menjadi menderita?

Lanjutkan membaca “Kalimat Motivasi”