Tulisan ini sharing sesuai dengan janjiku pada beberapa orang teman. Semoga bermanfaat.
Beberapa waktu yang lalu, yayasan Litara dan Lets Read mengadakan seleksi untuk lokakarya di kampus ISI Padang Panjang. Tujuan utamanya membuat cerita anak dengan bahasa Minang. Aku ikut dan Alhamdulillah lolos tahap 1.
Dari 40an peserta, disaring jadi 25. Peserta ini yang mengikuti lokakarya untuk disaring lagi menjadi 10 peserta yang nanti akan membuat buku cerita anak berbahasa Minang. 10 peserta itu belum ketahuan, karena baru Rabu depan kami mengirim tugas untuk diseleksi lagi.
Pematerinya keren-keren. Ada Ibu Riama, dosen DKV ITB. Ada Ibu Sofie dan Ibu Eva Nukman dari Litara. Ada mas Reza dari Lets Read dan mbak Evelyn (illustrator).
Ada beberapa catatan dalam bukuku. Semoga berguna ya.
Kenapa sih, kita memilih jadi penulis? Pasti beragam alasan, ya. Semua kita punya alasan yang berbeda-beda. Tapi syarat mutlak penulis itu hanya satu, BACA. Buang mimpi jadi penulis kalau tidak suka membaca.
Nah, untuk mulai menulis, kita pasti butuh IDE. Prosesnya IDE – BRAINSTROMING – TULIS – REVISI
Mencari ide yang unik.
Untuk menulis, kita harus cari sesuatu yang berbeda dari yang lain. Kalau ceritanya kisah perjalanan dari kampung ke kampus, naik angkot, turun angkot, nyampe di kampus itu sih biasa ya. Semua juga punya pengalaman yang sama. Tapi coba kisah perjalanan menuju kampusnya dibikin UNIK. Naik bendi, misalnya. Pasti orang-orang akan tertarik untuk membaca / mendengarkan cerita.
Sumber ide bisa dari pengalaman penulis atau orang lain, bisa juga imajinasi penulis. Atau digabung keduanya. Untuk ide berdasarkan pengalaman ini, beberapa ceritaku tentang sekolah tempatku mengajar dan hobi menjahitku sudah berbentuk beberapa cerpen di majalah Bobo.
Sumber ide bisa dari mana saja. Bisa dari budaya (makanan, tarian, mainan, dll), lingkungan (tempat tertentu, flora dan fauna). Jadi perhatikan sekitar dengan lebih peka.
Mencari ide bisa dengan permainan. Seperti kelas menulis pertamaku dengan mbak Nurhayati Pujiastuti dulu. Mbak Nur melempar gambar, lalu menyuruh peserta membuat cerita dari kumpulan 2-3 gambar yang tidak saling berhubungan. Sulit? Awalnya iya. Tapi siapa yang nggak bangga begitu hasilnya cakep. Nongol di Kompas anak pula. Pengalaman manis tak terlupa.
Jadi, ide bisa diambil dengan memanfaatkan panca indra, apa yang dilihat, didengar, dirasa, bisa juga dengan bermain acak kata atau acak gambar. Kalau sendiri rasanya sulit, libatkan orang lain. Minta teman mengucapkan satu kata, lalu tantang diri sendiri menggunakan ide dari kata yang didengar itu.
ELEMEN CERITA
Dalam sebuah cerita, harus ada 3 unsur, yaitu
- Plot (urutan kejadian dalam cerita awal, tengah, akhir)
- Tokoh (Manusia, hewan, benda)
- Konflik dan permasalahan.
Nggak lucu kan kalau ceritanya aku dan ibu pergi ke pasar lalu kami pulang. Bisa dibikin seru dengan membeli ayam, lalu ayamnya loncat atau apalah.
Tokoh yang kuat
- Unforgettable
- 3D
. Fisik, (misal anak perempuan, 7 thn, rambutnya dikuncir, kurus, ada tahi lalat di pipi, dsb penulis bisa membayangkan sedetil itu)
. Internal (anak yang suka pemalu, dsb)
. Eksternal (tinggal di kampung dsb)
Jadi seorang tokoh harus sejalur dengan 3D bayangan penulis. Tak mungkin tokoh yang pemalu tiba-tiba bersikap supel pada orang baru.
Dalam satu cerita anak, tokoh utama harus berubah di ending. Ada perubahan misalnya dalam pola pikir, yang tadinya A jadi B. Jadi tidak melulu seperti kisah anak yang nakal dan dinasehati langsung berubah, ya. Karena dalam pembuatan cerita anak, usahakan tokohnya tidak hitam – putih. Kalau bisa, saat membaca cerita anak-anak menangkap dirinya dalam tokoh. “Ini gue banget.” Ya, alaminya anak-anak. Boleh tokohnya sedikit nakal, tapi bisa berubah. Jadi tokoh utama tak melulu anak manis yang patuh tanpa kesalahan kecil.
Jadi, dalam satu cerita ada pola I WANT… BECAUSE…. BUT…
Dengan modal itu, bisa dibuat cerita yang seru. Misal, aku ingin bermain di luar, karena aku bosan bermain di dalam rumah, tapi di luar banyak asap. Penyelesaiannya bagaimana? Sudah dapat satu ide, bukan?
Karakter tokoh :
- Menarik perhatian
- Memiliki keunikan
- Tidak hitam putih, memiliki tujuan, motivasi dan emosi. (nggak baik / jelek banget)
- Mengalami peristiwa, mendapatkan masalah.
- Mengalami perubahan.
Jadi hari pertama kita bertugas mencari inti cerita I want… because… but. Dan itu lumayan membuat peserta berkerut kening.
Next cerita hari kedua ya. Capek, sakit kepala banyak asap. Eh malah curcol.