Aku suka jahit. Baju, dompet pensil, tas sekolah anak, jepit rambut dan lain-lain. Berawal kecebur di grup bros, karena salah satu member Tailor Indonesia mengunggah foto bros. Aku naksir, dan mulai gugling mencari komunitas pembuat bros. Yeay! Ketemu.
Berawal dari iseng-iseng, aku belajar membuat bros dengan panduan youtube. Ternyata asyik juga, walau hasil perdanaku banyak berantakan. Namanya juga baru belajar. Tapi aku terus mencoba. Produk gagalku jadi mainan anak. Lumayan, bajet beli mainan jadi berkurang.
Lalu aku mulai menawarkan pada teman, konsinyasi gitu. Awalnya nggak sabar mau balik modal yang cuma 200.000. Ternyata penjualan tak seperti harapan. Bros buatanku banyak yang nggak laku daripada laku. Nggak sabar, sedih, kecewa, mau berhenti saja dan beragam perasaan negatif campur aduk. Aku stop dulu beberapa saat untuk menenangkan diri. Sambil belajar menghadapi kenyataan, begini susahnya dagang.
Mau menawarkan sendiri, aku malu. Nggak berani menghadapi orang baru. Pernah bawa bros sambil mau balikin buku perpustakaan yang aku pinjam. Rencana dari rumah mau menawarkan pada pegawai perpus, eh sampai di sana mulutku terkunci. Cuma berani basa basi soal buku doang. Bros yang disimpan di dalam tas dibawa pulang lagi. Brosnya cuma diajak keliling kota 😦
Ya sudah, kalau memang nggak bisa promo, barang sebanyak ini mau diapain? Aku mulai jemput bola, menitipkan pada teman dengan sistem bagi hasil. Aku nggak mau bikin banyak. Bikin secukupnya saja, takut nggak laku.
Penjualan mulai meningkat. Ada yang borong, ada yang request model dan warna. Aku terus belajar membuat beragam model. Semua aku jalani dengan senang hati. Modal terus berputar. Kadang aku bikin bros sampai punggungku pegal, kurang tidur, capek bolak balik ngantar pesanan. Tapi semua lelah itu terbayar. Alhamdulillah.
Efek keasyikan di craft, aku sampai lupa cara menulis huhuhu… Serius. Selama tahun 2017, aku cuma bikin satu cerpen dan Alhamdulillah dimuat. Sisanya aku bikin 2 buku untuk Lomba Balai Bahasa dan Kemdikbud. Bukunya belum cetak sampai sekarang. Aku seolah berada di persimpangan. Aku suka nulis, aku juga suka jahit. Aku nggak mau kehilangan keduanya. Kalau begitu, kenapa aku nggak lakuin dua-duanya? Ya kan?