Dimuat

Cerita Anak : Perca Kain Wiwi

Naskah ini punya cerita panjang menjelang pemuatan. Awalnya saya menulis ini sebagai salah satu syarat ikut kelas cerpen gratis Mas Bambang Irwanto, tapi ditolak. Hiks… Lalu saya coba peruntungan naskah ini ke koran lokal. Lama tak ada kabar, dan artinya ditolak lagi. Hiks 2x. Akhirnya sayang naskah terbuang percuma, saya kirim ke Bobo tanpa harapan dimuat. Cuma buat memenuhi amplop saja, biar rada berat dikit hehe. Saya gabung dengan beberapa naskah, yang ini kalau nggak dimuat juga pasrah.

Tapi siapa sangka, justru di Bobo jodohnya. Jadi, tak usah sedih kalau cerpenmu ditolak di media lokal, karena mungkin saja dimuat di media nasional. 😀

Bobo, 24 Maret 2016
Bobo, 24 Maret 2016

PERCA KAIN WIWI

Oleh : Novia Erwida

Wiwi menghampiri Kak Alia di balik mesin jahit. Kak Alia sibuk sekali. Sampai tidak memperhatikan Wiwi yang serius mengamatinya. Kakinya menekan pedal mesin  jahit, tangannya bergerak maju mundur. Lalu menggunting benang. Menjahit lagi. Berhenti lagi. Menjahit lagi. Terus begitu.

Suara mesin jahit keras. Tapi buat Kak Alia itu sudah biasa. Kak Alia adalah tetangga Wiwi. Pekerjaannya tukang jahit.

“Kak..” sapa Wiwi dengan suara yang sedikit keras. Deru mesin jahit sedikit mengganggu , kalau mau bicara, Wiwi harus agak berteriak.

Kak Alia menghentikan jahitannya. “Kenapa Wi??” tanya Kak Alia.

Wiwi takut-takut. Matanya melirik kain perca yang menumpuk di sudut ruangan.

“Boleh minta itu, Kak?” tanya Wiwi. Kak Alia mengikuti arah tatapan mata Wiwi.

“Ooo.. Mau kain perca? Wiwi pulang dulu ya. Besok ke sini lagi. Kakak masih banyak jahitan. Biar nanti Kakak pilihkan beberapa buat Wiwi. Kain itu masih ada yang bisa dipakai.” jawab Kak Alia.

“Makasih Kak..” Wiwi sangat senang. Dia segera pamit dan berlari menuju rumahnya. Terdengar Ibu memanggil, menyuruh Wiwi mandi sore.

Keesokan harinya, penuh semangat Wiwi mampir ke rumah Kak Alia. Sambil mengantarkan gorengan buatan Ibu. Ibu sering menitip makanan buat Kak Alia. Karena Kak Alia hanya tinggal berdua dengan neneknya. Kak Alia sibuk dengan jahitan, neneknya sudah tua. Sering sakit. Kadang Kak Alia tak sempat masak.

“Kak Alia..” sapa Wiwi.

Terdengar bunyi mesin jahit. Kak Alia tidak mendengar salam Wiwi. Wiwi langsung masuk ke tempat Kak Alia menjahit.

“Kak, ini gorengan titipan Ibu.” kata Wiwi sambil menyodorkan piring berisi pisang goreng yang masih panas.

“Waaah.. Dapat rezeki.” Kak Alia senang sekali. Dia sepertinya lapar. Langsung digigitnya gorengan itu. Setelah itu Kak Alia mengantar gorengan ke kamar neneknya. Kak Alia menyuapkan neneknya beberapa potong gorengan. Nenek sedang tidak enak badan.

Tak lama Kak Alia keluar sambil membawa kantong plastik. “Ini buat kamu.” kata Kak Alia. Wiwi melongok isi bungkusan itu. Kain perca. Mata Wiwi berbinar.

“Makasih, Kak! Wiwi pulang, ya. Mau bikin sesuatu dengan kain ini.” Ujar Wiwi bersemangat.

“Boleh.. Sampaikan terima kasih, ya, ke Ibu buat makanannya…” kata Kak Alia.

“Yup, Kak.. Sama-sama.” Jawab Wiwi.

Sampai di rumah, Wiwi sibuk dengan kain percanya. Ia meraih bonekadan melepaskan baju bonekanya yang sudah usang. Ibu berjanji akan membantu menjahitkan baju boneka. Cukup lama Wiwi mengamati baju bonekanya. Sampai Wiwi tidak menyadari Ibu datang ke kamarnya.

“Waah.. Kainnya bagus.” puji Ibu.

Wiwi menoleh pada Ibu, tersenyum bangga. “Ini lho Bu, kain perca yang dikasih Kak Alia. Wiwi yang gunting, Ibu yang jahit ya??” kata Wiwi.

“Boleeeh…” sahut Ibu sambil tersenyum. Ibu mengajari Wiwi menggunting kain. Kainnya lumayan banyak, bisa buat 3 buah baju. Setelah pola bajunya jadi, Wiwi membereskan peralatan dan membuang sisa kain ke tong sampah.

“Lho, kok dibuang?” tanya Ibu.

“Kan, kainnya kecil-kecil. Nggak bisa dipakai lagi..” jawab Wiwi.

“Bisa kok! Sini deh.” Ibu mengambil lagi kain yang sudah dibuang itu. Ibu lalu menggunting kain kecil-kecil itu menjadi berbentuk lingkaran. Setelah itu, Ibu menjahit jelujur dengan tangan di pinggiran lingkaran itu. Lalu Ibu menarik benang, kainnya jadi berkerut-kerut dan bulat. Cantik sekali.

“Coba bikin beberapa seperti ini. Bisa jadi hiasan jepitan rambut, taplak meja, tutup televisi, asal dirangkai dengan rapi. Teman Ibu ada yang bikin tas bahkan selimut dari kain perca. Barang-barang yang masih bagus, jangan langsung dibuang ya, Wi.” kata Ibu.

Wiwi mengangguk-angguk.

“Barang-barang jelekpun, masih bisa dipakai. Contoh, baju kaos yang sudah sobek dan pudar, malu kan memakainya. Nah, bisa tuh jadi lap dapur. Atau buat membersihkan jendela. Kita bisa berhemat. Tak perlu beli kain lap. Ya kan??”

Wiwi setuju.

Ibu menjahitkan baju boneka Wiwi dengan mesin jahit. Sekarang baju bonekanya sudah jadi. Cantik sekali. Wiwi senang bisa ganti baju boneka sesukanya. Wiwi bangga dengan hasil kerja kerasnya. Baju bonekanya sudah ada 3 helai. Ia juga sudah bisa membuat sendiri hiasan rambut dan taplak meja.Wiwi gembira karena tak perlu beli lagi.

Sekarang, Wiwi tidak mau lagi asal buang barang bekas. Ternyata banyak barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan.

***

IMG-20160325-WA0001

Iklan

2 tanggapan untuk “Cerita Anak : Perca Kain Wiwi”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s