Aku tak pernah punya anggaran khusus untuk jalan-jalan. Setiap liburan seringnya jalan-jalan dadakan, dan hanya ke luar kota tanpa menginap. Dulu aku pernah jalan-jalan gratis, alias dibayarin Yayasan tempat aku mengajar. Judulnya sih studi banding, tapi kebanyakan jalan-jalan daripada mendatangi sekolah perbandingan. 🙂 Lumayanlah, ada waktu lapang, dibayarin, tinggal duduk manis di bus. Perjalananan kita ke Medan dan sekitarnya.

Kebayang kan, 12 jam perjalanan dari Bukittinggi ke Medan? Kaki bengkak seperti orang hamil tua. Hiks.. Namanya dibayarin, ya harus pasrah. Mana mungkin yayasan mau beliin tiket pesawat? Kami pergi berlima dari satu sekolah. Berangkat bersama 29 guru sekota Bukittinggi. Masih untung dibayarin plus uang saku. *Kurang bersyukur.
Berangkat jam 5 sore. Bus sempat berhenti beberapa kali untuk istirahat. Nyampe jam 6 pagi, dan langsung menuju danau Toba. Danau yang terbayang di benakku cuma danau Singkarak dan Maninjau. Dan ternyataaa…. Amboooi… Besar sekali danau Toba ini. Seperti laut. *Ketahuan udik
Sebelum orang di rumah cemas menanyakan keberadaanku, aku langsung telpon rumah dan bilang aku sudah sampai dan sedang di danau Toba. Uhuk, sok seleb aku. Ayah ibuku ikut senang perjalanan aman sentosa sampai di Medan. Aku matikan HP dan bergabung dengan teman-teman menuju Pulau Samosir.
Sampai di Samosir, langsung turun kapal dan menyerbu oleh-oleh. Aku beli beberapa kaos yang ada tulisan Toba buat keluargaku dan calon suamiku. (*Waktu itu aku berangkat menjelang pertunangan.) Kemudian aku membeli beberapa gantungan kunci buat teman-teman di sekolah. Belum puas belanja, terdengar perintah boss, kami harus kembali ke kapal. Jam belanja habis. Sedih juga, hanya beberapa menit menginjakkan kaki di Samosir, harus berangkat lagi. 😦
Kembali ke daratan. Naik bus lagi. Lalu sampai di Parapat dan makan siang di sana. Temanku bilang, kalau ke Medan hati-hati belanja makanan. Cari rumah makan muslim. Alhamdulillah nemu. Dan mereka orang Padang. Jadilah kami makan sambil bicara bahasa Minang dengan pemilik RM. Dimana-mana ada orang Minang yak? 🙂

Bus melanjutkan perjalanan ke penginapan yang terletak di pusat kota Medan. Makan waktu berjam-jam. Perut mulai lapar lagi dan sudah hampir Maghrib. Istirahat sejenak buat shalat dan makan. Setelah shalat, kami berlima berkumpul di meja makan dan mupeng dengan hidangan yang ada.

Makanannya enak, aku dan teman-teman langsung menyerbu meja makan. Aku heran kok teman-teman dari sekolah lain nggak masuk restoran ya? Mungkin mereka beli nasi bungkus dan makan di bus. Uang makan tanggung sendiri-sendiri kecuali di penginapan. Ada beberapa trik hemat agar bisa beli oleh-oleh buat keluarga, salah satunya makan nasi bungkus.
Alhamdulillah kenyang. Aku langsung menuju bus. Temanku yang bayar. Begitu sampai di bus, dia cekakak cekikik sambil memperlihatkan struk pembayaran, bayarnya mahaaaal. Kaget juga. Tapi wajarlah makanan untuk porsi 5 orang plus dessert. Di restoran, pula. (Kebiasaan makan nasi Padang.) Masih di level aman, uang saku kami belum habis gara-gara makan malam itu.

Begitu sampai di penginapan, kami langsung beberes dan istirahat. Besok mulai acara studi banding ke kantor Kemenag Medan dan sekolah-sekolah unggulan.
***
Pagi tiba. Kami disuguhi sarapan yang kurang pas di lidah. Tapi Alhamdulillah masih bisa sarapan layak. Aku dan teman-teman berbenah diri dan menuju bus lagi. Keringatku mulai menitik, padahal habis mandi. Udara sejuk Bukittinggi sudah jauh kutinggalkan. Berlembar-lembar tissue kuhabiskan. Aaah.. bedakku luntur. Bedak terhapus karena keringat yang selalu keluar. Akhirnya aku cuci muka dan tanpa bedak. Ini lebih baik daripada bedak tebal dan tipis menempel tak beraturan di wajahku.

Perjalanan pertama ke kantor Kemenag Medan. Di sana sedang berlangsung acara MTQ sekota Medan. Lalu kami bertemu kepala Kemenag dan berbincang soal perkembangan sekolah agama / TPA di Medan dan sekitarnya. Terakhir, kami berkunjung ke sekolah sekolah yang direkomendasikan oleh penyelenggara acara.
Selesai acara resmi, jalan-jalan lagiii.. Kami mengunjungi Mesjid Raya Medan dan Shalat Zuhur di sana.

Setelah itu mampir ke istana Maimun. Di pelataran istana banyak pedagang jualan sovenir, yang ternyata orang Minang lagi.

Setelah itu melihat penangkaran buaya di Asam Kumbang.


Pulang dari penangkaran buaya, hari sudah malam. Kami harus kembali ke penginapan dan besok adalah hari terakhir di Medan. Hanya dalam beberapa hari, timbul rasa persaudaraan dari kebersamaan yang cukup singkat.
Perjalanan ke Medan ini sangat mengesankan buatku. Karena ini perjalanan yang seru. Jalan-jalan gratis, karaokean di bus, keakraban sesama guru, curhat singkat sebelum tidur, dan banyak cerita yang tak bisa kuungkap semua disini.
Sampai di Bukittinggi, aku dan teman-teman masih sering membahas keseruan perjalanan ke Medan. Sampai lupa bikin laporan ke Yayasan. Waktu ditegur, langsung kaget dan buru-buru bikin laporan. Intip file, isinya kebanyakan foto jalan-jalan. Susah payah aku mencari foto-foto resmi untuk laporan kegiatan. Alhamdulillah, akhirnya laporan tuntas.
Beberapa bulan setelah perjalanan ke Medan, aku tidak lagi mengajar di Yayasan itu. Karena aku sudah menikah dan mulai mengurangi kesibukan untuk mempersiapkan kehamilan. Perjalanan indah tinggal kenangan. Ini adalah perjalanan termanis yang pernah kualami.
wah jadi pingin lagi ke samosir. saya dulu juga pernah kesana waktu ada acara kegiataan mahaziswa. tapi waktu itu ngga sampe ke penangkaran buaya
Ayo mbak, jalan2 lagi 🙂
waaaah…Medan memang cantiiiik ya maak :D…a lot to see dan makanannya kayaknya enaaak tuuuh :p….kabayang hebohnya jalan rame2, terus lupa bikin laporan lagi huahahaha…cheers,..thanks for participating in my GA :D…serunya berItchyFeet riaaa :D….
Makasi mbak 🙂
wuah jadi ingat ke samosir jaman kecil dulu
tapi blom pernah ke penangkaran buaya. liat fotonya kasian buayanya sempit2 seperti ikan pepes
btw, uni ngajar dmn?
Rizka di Bukittinggi ya? Kenalan di FB dong. Waktu itu uni ngajar di Bukittinggi, sekarang nggak.
sama jg… senengnya yg gratisan jg hehe…
Sapa yang bisa nolak gratisan hehe
main ke bandung dong mak 🙂 nanti saya traktir makan di restoran padang ala bandung hehehehehehe… pegawainya ngomongnya pake bahasa sunda mak, asik kan??
Waa.. unik tuh. kapan2 kita janjian ya mak? 🙂